Perbedaan TQM dan Six
Sigma
Sebelum
membahas lebih lanjut terkait perbedaan TQM dengan Six Sigma, akan dibahas
terlebih dahulu tentang pengertian Total Quality Management
(TQM) dan Six Sigma.
Total Quality Management
(TQM) adalah suatu pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang
terpusat pada kualitas, yang
melibatkan pengembangkan kesadaran yang tajam terhadap kebutuhan pelanggan dan mengadopsi
visi strategis untuk kualitas.
Six Sigma adalah alat manajemen baru
yang sangat terfokus terhadap pengendalian kualitas dengan mendalami sistem
produksi perusahaan secara keseluruhan untuk, menghilangkan cacat produksi,
memangkas waktu pembuatan produk, dan mehilangkan biaya.
Perbedaan Six
Sigma dibandingkan dengan Total Quality Management dijelaskan secara singkat,
sebagaimana di bawah ini
(Pande, Neuman, Cavanagh 2000,
dalam Jurnal Six Sigma Vs. Total Quality Management – Presence In World And Serbian
Economy, 2011) :
1.
TQM – Kurangnya Integrasi : dalam Total Quality
Management, kualitas tidak cukup berhubungan dengan strategi dan kinerja. Sebuah
tim yang bertanggung jawab untuk perbaikan kualitas bersifat otonom dan
terpisah, baik dari manajer serta dari eksekutif.
Six Sigma – Integrasi yang tinggi : pada Six Sigma,
proses perbaikan dan pengukuran dipandang sebagai tanggung jawab sehari-hari
semua karyawan, dan semua manajer operasional dan eksekutif pada proses bisnis.
Konsep ini memungkinkan bahwa kualitas dan biaya, serta hubungan antar individu,
menjadi bagian tak terpisahkan dari pekerjaan masing-masing karyawan.
2.
TQM – Kepemimpinan yang apatis : pemimpin
berkualitas adalah manajer yang berkomitmen untuk peningkatan kualitas,
advokasi untuk peningkatan kualitas, dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan
kualitas bisnis ke tingkat berikutnya yang lebih tinggi. Namun, jika dukungan dari
manajemen perusahaan menghilang, maka setiap karyawan menyatakan sikap yang skeptisisme
untuk ide-ide atasan (pimpinan), suatu gagasan tetap hanya berupa ide-ide,
dengan tidak ada kemungkinan untuk implementasi di perusahaan tersebut.
Six Sigma - Kepemimpinan sebagai pendahulunya :
ide-ide dari para pemimpin hanya mendahului atau mengenalkan proses peningkatan
kualitas, karena Six Sigma menyiratkan bahwa manajer harus memahami perlunya
perubahan, dan perlunya kualitas perbaikan bagi kelangsungan bisnis yang
sukses. Hanya dengan dukungan dari manajer, ide-ide dari para pemimpin dan
karyawan dapat menjadi kenyataan.
3.
TQM - Stabilisasi kualitas : tujuan Total Quality
Management terutama untuk menstabilkan
tingkat kualitas, bukan memperbaikinya.
Six Sigma - Peningkatan kualitas : Six Sigma mencakup
perbaikan terus-menerus dari perusahaan, dengan fokus pada pelanggan, manajemen
proses dan perbaikan proses.
4.
TQM - Tujuan yang tidak jelas : tujuan yang ingin
dicapai melalui Total Quality Management adalah "Mencapai atau melampaui kebutuhan pelanggan" namun sebagaimana
diketahui bahwa keinginan pelanggan dapat berubah dan memenuhi kebutuhan
pelanggan hari ini, tidak menjamin kepuasan mereka di masa depan.
Six Sigma - Tujuan yang ambisius : Six Sigma mempunyai
tujuan yang ambisius dan menantang, yang dinyatakan berupa "Menyediakan cacat nol". Tujuan ini
sangat jelas, karena output yang dihasilkan diharapkan memiliki nilai cacat
atau tingkat kebenaran yang harus sekitar 99,99966%.
5.
TQM - Sikap yang kuat atau fanatisme teknis : Sebuah
tim dalam Total Quality Manajemen menciptakan "kebijakan mutu" dan memperhatikan
bahwa proses bisnis diwujudkan sesuai dengan kebijakan ini. Kebijakan mutu ini
didefinisikan tanpa melakukan konsultasi dengan para pelaksana teknis, tetapi
mereka dipaksa untuk mematuhi kebijakan tersebut. Oleh karena itu, pelaksana
teknis sering terasing dari kebijakan mutu yang ditetapkan.
Six Sigma - Tingkat kekakuan tergantung pada keadaan :
Six Sigma melibatkan keahlian karyawan untuk melakukan kegiatan tertentu,
khususnya dalam hal adaptasi mereka terhadap perubahan kondisi, dan tidak hanya
dalam hal penerapan pedoman teknis, program atau kebijakan; karyawan juga diberikan
kewenangan untuk melakukan pekerjaan dengan cara yang mereka pikir adalah cara yang
terbaik, tetapi hal yang selalu harus mereka ingat adalah fakta bahwa hasil
kerja mereka mencerminkan hasil dari perusahaan secara keseluruhan.
6.
TQM hanya menekankan pada
segi teoritis, yaitu dengan memberikan petunjuk filosofis tentang menjaga dan
meningkatkan kualitas, tetapi sukar untuk membuktikan keberhasilan pencapaian peningkatan
kualitas.
Six
Sigma lebih menekankan pada penerapan
praktis di lapangan dan membuktikan bagaimana peningkatan kualitas produk
dengan mengurangi jumlah produk yang cacat.
7.
TQM berfokus
pada peningkatan operasional individual
dalam suatu proses bisnis yang tidak saling berkaitan satu sama lain, sedangkan
program Six Sigma berfokus pada peningkatan semua operasional dalam proses bisnis yang dianggap tunggal.
Jadi TQM berfokus pada pengembangan
yang bersifat individual sedangkan Six Sigma berfokus pada pengembangan yang
bersifat menyeluruh pada semua bagian dari sistem tersebut.
Demikian
tentang perbedaan Total Quality Management dan Six Sigma, semoga informasi ini
bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata, saya mohon maaf apabila terdapat
kekurangan dalam penyampaian informasi ini dan saya mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak
sebagai acuan dalam perbaikan kedepannya. Sekian dan terima kasih.
Sumber :
Marija Anđelković Pešić, Vinko Lepojević, and Vladimir Zlatić.
Jurnal Six Sigma Vs. Total Quality Management – Presence In World And Serbian
Economy, 2011, Halaman 222 –
223.
Six
Sigma vs. Total Quality Management - http://www.sixsigmaonline.org/six-sigma-training-certification-information/articles/six-sigma-vs-total-quality-management.html
diakses pada 25
Oktober 2014 22.10 WIB
Nama : I Wayan Budi
Okta Kusuma
NIM : 14.8174
Kelas : 1D
No comments:
Post a Comment