Tuesday, 28 October 2014

Perbedaan TQM dan Six Sigma


Perbedaan TQM dan Six Sigma

            Sebelum membahas lebih lanjut terkait perbedaan TQM dengan Six Sigma, akan dibahas terlebih dahulu tentang pengertian Total Quality Management (TQM) dan Six Sigma.
Total Quality Management (TQM) adalah suatu pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada kualitas, yang melibatkan pengembangkan kesadaran yang tajam terhadap kebutuhan pelanggan dan mengadopsi visi strategis untuk kualitas.
Six Sigma adalah alat manajemen baru yang sangat terfokus terhadap pengendalian kualitas dengan mendalami sistem produksi perusahaan secara keseluruhan untuk, menghilangkan cacat produksi, memangkas waktu pembuatan produk, dan mehilangkan biaya.

            Perbedaan Six Sigma dibandingkan dengan Total Quality Management dijelaskan secara singkat, sebagaimana di bawah ini
(Pande, Neuman, Cavanagh 2000, dalam Jurnal Six Sigma Vs. Total Quality Management – Presence In World And Serbian Economy, 2011) :
1.      TQMKurangnya Integrasi : dalam Total Quality Management, kualitas tidak cukup berhubungan dengan strategi dan kinerja. Sebuah tim yang bertanggung jawab untuk perbaikan kualitas bersifat otonom dan terpisah, baik dari manajer serta dari eksekutif.
Six SigmaIntegrasi yang tinggi : pada Six Sigma, proses perbaikan dan pengukuran dipandang sebagai tanggung jawab sehari-hari semua karyawan, dan semua manajer operasional dan eksekutif pada proses bisnis. Konsep ini memungkinkan bahwa kualitas dan biaya, serta hubungan antar individu, menjadi bagian tak terpisahkan dari pekerjaan masing-masing karyawan.
2.      TQMKepemimpinan yang apatis : pemimpin berkualitas adalah manajer yang berkomitmen untuk peningkatan kualitas, advokasi untuk peningkatan kualitas, dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas bisnis ke tingkat berikutnya yang lebih tinggi. Namun, jika dukungan dari manajemen perusahaan menghilang, maka setiap karyawan menyatakan sikap yang skeptisisme untuk ide-ide atasan (pimpinan), suatu gagasan tetap hanya berupa ide-ide, dengan tidak ada kemungkinan untuk implementasi di perusahaan tersebut.
Six Sigma - Kepemimpinan sebagai pendahulunya : ide-ide dari para pemimpin hanya mendahului atau mengenalkan proses peningkatan kualitas, karena Six Sigma menyiratkan bahwa manajer harus memahami perlunya perubahan, dan perlunya kualitas perbaikan bagi kelangsungan bisnis yang sukses. Hanya dengan dukungan dari manajer, ide-ide dari para pemimpin dan karyawan dapat menjadi kenyataan.
3.      TQM - Stabilisasi kualitas : tujuan Total Quality Management terutama  untuk menstabilkan tingkat kualitas, bukan memperbaikinya.
Six Sigma - Peningkatan kualitas : Six Sigma mencakup perbaikan terus-menerus dari perusahaan, dengan fokus pada pelanggan, manajemen proses dan perbaikan proses.
4.      TQM - Tujuan yang tidak jelas : tujuan yang ingin dicapai melalui Total Quality Management adalah "Mencapai atau melampaui kebutuhan pelanggan" namun sebagaimana diketahui bahwa keinginan pelanggan dapat berubah dan memenuhi kebutuhan pelanggan hari ini, tidak menjamin kepuasan mereka di masa depan.
Six Sigma - Tujuan yang ambisius : Six Sigma mempunyai tujuan yang ambisius dan menantang, yang dinyatakan berupa "Menyediakan cacat nol". Tujuan ini sangat jelas, karena output yang dihasilkan diharapkan memiliki nilai cacat atau tingkat kebenaran yang harus sekitar 99,99966%.
5.      TQM - Sikap yang kuat atau fanatisme teknis : Sebuah tim dalam Total Quality Manajemen menciptakan "kebijakan mutu" dan memperhatikan bahwa proses bisnis diwujudkan sesuai dengan kebijakan ini. Kebijakan mutu ini didefinisikan tanpa melakukan konsultasi dengan para pelaksana teknis, tetapi mereka dipaksa untuk mematuhi kebijakan tersebut. Oleh karena itu, pelaksana teknis sering terasing dari kebijakan mutu yang ditetapkan.
Six Sigma - Tingkat kekakuan tergantung pada keadaan : Six Sigma melibatkan keahlian karyawan untuk melakukan kegiatan tertentu, khususnya dalam hal adaptasi mereka terhadap perubahan kondisi, dan tidak hanya dalam hal penerapan pedoman teknis, program atau kebijakan; karyawan juga diberikan kewenangan untuk melakukan pekerjaan dengan cara yang mereka pikir adalah cara yang terbaik, tetapi hal yang selalu harus mereka ingat adalah fakta bahwa hasil kerja mereka mencerminkan hasil dari perusahaan secara keseluruhan.
6.      TQM hanya menekankan pada segi teoritis, yaitu dengan memberikan petunjuk filosofis tentang menjaga dan meningkatkan kualitas, tetapi sukar untuk membuktikan keberhasilan pencapaian peningkatan kualitas.
Six Sigma lebih menekankan pada penerapan praktis di lapangan dan membuktikan bagaimana peningkatan kualitas produk dengan mengurangi jumlah produk yang cacat.
7.      TQM berfokus pada peningkatan operasional individual dalam suatu proses bisnis yang tidak saling berkaitan satu sama lain, sedangkan program Six Sigma berfokus pada peningkatan semua operasional dalam proses bisnis yang dianggap tunggal.
Jadi TQM berfokus pada pengembangan yang bersifat individual sedangkan Six Sigma berfokus pada pengembangan yang bersifat menyeluruh pada semua bagian dari sistem tersebut.

            Demikian tentang perbedaan Total Quality Management dan Six Sigma, semoga informasi ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata, saya mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyampaian informasi ini dan saya mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak sebagai acuan dalam perbaikan kedepannya. Sekian dan terima kasih.


Sumber :

Marija Anđelković Pešić, Vinko Lepojević, and Vladimir Zlatić. Jurnal Six Sigma Vs. Total Quality Management – Presence In World And Serbian Economy, 2011, Halaman 222 – 223.

Six Sigma vs. Total Quality Management - http://www.sixsigmaonline.org/six-sigma-training-certification-information/articles/six-sigma-vs-total-quality-management.html  diakses pada 25 Oktober 2014  22.10 WIB




Nama   : I Wayan Budi Okta Kusuma
NIM    : 14.8174
Kelas   : 1D

No comments:

Post a Comment